Faktor-faktorberikut, berpotensi menjadi sasaran tindakan bullying:
- Siswa baru disekolah.
- Latar belakang sosial-ekonomi.
- Latar belakang budaya atau agama.
- Kondisi fisik (warna kulit, warna rambut, postur tubuh)
- Faktor Intelektual.
-Siswa baru disekolah.
Nah yang ini jadi sasaran embuk tindak bullying. Dengan dalih MOS, senior merasa bebas untuk melakukan bullying. Mungkin inijuga semacam bentuk balas dendam. Seperti sebuah mata rantai yang berkaitan. Jika tahun sebelumnya si senior di-bully maka si senior ini akan melampiaskan rasa dendamnya kepada juniornya. Untuk mengatasinya maka putuslah mata rantai itu. Jika kemarin kita ngerasain nggak enaknya di-bully, maka jangan sampai adik-adik kelas ngerasain hal yang sama. Dari pihak sekolah juga harus bertindak tegas untuk memutus mata rantai itu. Tindakan kekerasan fisik harus diminimalisir semaksimal mungkin. Selain tindakan fisik, hal-hal yang bisa merusak mental siswa juga harus dihindari. Karena bullying tidak hanya berkaitan dengan kekerasan fisik, tapi juga mental. Ejekan dan bentakan juga termasuk dalam tindak bullying. Si anak akan mengalami krisis percaya diri,murung, cenderung pendiam. Jika mental si anak tidak kuat, bisa membuat si anak mogok sekolah, atau bahkan yang lebih tragis adalah bunuh diri. Hiiiiy ngerikan?
-Latar belakang sosial-ekonomi.
Status si kaya dan si miskin, bisa memicu bullying.Tontonan sinetron yang selalu glamor dan menonjolkan kekuasaan antara si kayadan si miskin sepertinya sangat berpengaruh. Si kaya akan lebih populer dan banyak teman dan selalu melakukan bullying terhadap si miskin. Sebuah kisah sinetron yang klasik banget ya? Untuk menghindari ini, tumbuhkan rasa percaya diri.Tunjukkan prestasi, baik akademik dan non akademik. So, si miskin tetap bisa populer dengan segudang prestasinya. Betul?
-Latar belakang budaya atau agama.
Indonesia itu kaya budaya dan penduduknya juga menganut agama yang berbeda-beda. Jika seseorang tinggal atau bersekolah di lain daerah dan menjadi minoritas, maka dia berpeluang untuk di-bully. Misalnya saja akan timbul sebutan“Si Jawir” untuk siswa pindahan dari Jawa misalnya. Atau “Anak Cina” untuk merekayang ada garis keturunan Cina . Agama juga berpengaruh, misalnnya ada satu atau dua orang yang menganut agama lain di dalam suatu kelas. Jika tidak bisaberadaptasi dan berinteraksi maka siswa ini menjadi tersisihkan.
-Kondisifisik (warna kulit, warna rambut, postur tubuh).
Nama adalah doa. Jadi sebuah nama yang diberikanorang tua harus dihargai dong. Pernah nggak sih manggil teman dengan “julukan”? Sebutan “si hitam” atau “sikriting” “si pincang” atau julukan lainyang menonjolkan kekurangan fisik teman kamu?
"Hei kerdil! Nyampe nggak tuh naruh buku di rak?" atau "Eh, gendut mau ake mana?" atau mungkin "tiang listrik, mau ke mana woy!"
Kan yang manggil gitu bukan gue doang. Lagian dia udah biasa dipanggil gitu, dan nggak marah kok. Eiiits! Nggak bisa gitu dong! Dari dasar hati yang paling dalam, pastinya dia juga nggak suka masalah fisik dibawa-bawa.
Kalau ada yang masih ada manggil temennya kayak gitu mulai sekarang mereka sesuai nama mereka. Rasulullah aja memanggil dengan panggilan yang baik, yang menyenangkan. Jadi hati-hati dengan lisanmu Mas Bro dan Mbak Sist.
Sebutan idiot dan sejenisnya pasti akan didapat untuk mereka yang mempunyai tingkat intelektual rendah. Tapi mereka semua itu sudah takdir dari Allah SWT, kalau mereka bisa minta. Pasti minta dianugerahi otak secerdas punya Eistein. Coba kalau kamu ada di posisi mereka, pasti juga nggak akan mau kan? Meskipun dianugerahi otak encer tapi nggak mau belajar, pasti kita juga akan menyandang predikat “bodoh” atau “IQ jongkok”. Orang-orang yang punya IQ rendah nggak selamanya bodoh loh guys! Kalau mereka lebih rajin belajar, bisa jadi nilainya akan lebih tinggi daripada yang IQ-nya lebih tinggi tapi males belajar.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway UNFRIEND YOU (LET'S SAY NO TO BULLYING -DL: 20 Juli 2013) More info click this