.

Mengenai Saya

Foto saya
Klaten , Jawa Tengah, Indonesia
Suka ikutan kuis, lagi belajar nulis, narsis, kadang suka nangis.

Sabtu, 28 Desember 2013

SUMPAH CINTA 28 OKTOBER
*Ayuni Adesty

~Dimuat di majalah STORY edisi 38







Kata Tante Titi Puspa, jatuh cinta itu berjuta rasanya. Kayak dapet duit jutaan rupiah kali ya? Seperti yang sedang dialami sama Rolan. Rolan kasak-kusuk gak karuan. Dia naksir berat sama Akhwa, tapi gak tau gimana cara deketinnya. Masalahnya Akhwa itu cuek banget orangnya. Tomboy pula. Tapi yang bikin Rolan klepek-klepek adalah senyum Akhwa yang sweet  banget. Ada lesung pipi di pipi sebelah kananya. Akhwa adalah adik kelas Rolan. Sejak pertemuan pertama saat MOS, Rolan sudah jatuh hati pada senyum manis itu.
Sore itu Rolan curhat ke Irwan tentang perasaannya ke Akhwa. Dan seperti seorang motivator profesional. Irwan meyakinkan sahabatnya itu untuk mengutarakan perasaannya dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.  
“Yaelah, hari gini masih pake surat cinta? Tembak langsung!” ujar Irwan.
“Mana berani, kalo ditolak?” sahut Rolan.
“Itulah perjuangan! Kayak dulu para pemuda Indonesia memperjuangkan suaranya lewat sumpah pemuda,” Irwan menyahut asal. “Lo tau gak, dulu para pemuda Indonesia mengerahkan seluruh daya dan kekuatannya demi mempersatukan Indonesia, nah lo juga kudu memperjuangkan cinta lo!”
“Widiiih!! Bahasa lo udah kayak orator aja. Jadi gue harus bikin sumpah cinta? Gimana kalu sumpah cinta gue tanggalnya barengan aja sama sama hari sumpah pemuda? Jadi gue gampang ngingetnya. Tanggal 28 Oktober!” jawab Rolan menanggapi.
“Jangan kalah sama para pemuda negeri kita tempo dulu. Hidup dan mati mereka, semuanya diperuntukkan bagi Indonesia. Soal tanggal sih terserah lo. Tapi lebih cepat lebih baik.”
Teeet! Teeet! Bel sekolah berbunyi. Jam istirahat telah tiba. Para murid berhamburan dari dalam kelas menuju kantin sekolah. Sejak tadi Rolan sudah stand by di luar kelas Akhwa. Misinya untuk memproklamirkan perasaannya kepada Akhwa akan dilaksanakan hari ini. Tapi Rolan belum punya keberanian sebesar para pejuang kemerdekaan. Berkat dorongan Irwan, akhirnya Rolan nekat, dia mengirimkan surat cinta buat Akhwa. Di ambang pintu kelas, Rolan melihat sosok manis Akhwa. Ia berjalan mendekat ke arah gadis pemilik lesung pipi itu. Rolan mengulurkan tangan kanannya sambil memegang sebuah amplop. Amplopnya putih polos, tak ada nama pengirim atau alamat tujuan. Juga tak ada perangko di sudut kanan atasnya.
 Jangan ditanya bagaimana perasaan Rolan waktu itu. Kalau digambarkan dengan kata-kata rasannya sedang begerilnya. Atau rasanya sedang berada menyamar di sarang musuh. Takut-takut ada yang mengetahui penyamarannya dan dieksekusi. Ya, kira-kira gitu deh!
“Apaan ini, Kak?” tanya Akhwa.
“Ntar baca sendiri aja,” jawab Rolan singakat lalu membalikkan badan dan berlalu.
            “Cie … cie … yang dapat surat cinta! Apa isinya?” Refa, teman sebangku Akhwa menggodanya.
            “Apaan sih, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan! Siapa tahu ini cuma surat ijin. Terus Kak Rolan nitip ke gue.”
            “Masak sih? Kak Rolan kan naksir lo. Itu pasti surat cinta!”
“Udah, ah. Mending langsung ke kantin aja. Gue udah laper nih!”
Akhwa menyelipkan amplop itu ke saku roknya. Dan dengan semangat 45 ia dan Refa menyusul teman-teman yang lain ke kantin sekolah. Pelajaran Matematika dari Pak Ahmad selain menguras otak mereka, juga memberikan efek laper.
***
Rolan resah dan gelisah, pasalnya malam harinya setelah Rolan memberikan surat cintanya, belum ada tanggapan dari Akhwa.
“Masak Akhwa belum baca surat gue sih? Apa gue telepon aja ya? ” Rolan sibuk ngomong sendiri. Tangannya memegang hape, sudah bolak-balik dia membuka kontak Akhwa. Tapi niatnya untuk menelpon diurungkannya kembali.Rolan kemudia menarik nafas panjang. Di bulatkan tekadnya untuk menelpon. Kalau nggak dia mungkin nggak bisa tidur.
“Hmm, hallo. Akhwa ya?”
“Iya, ini Kak Rolan ya?”
“Iya, eh udah baca surat dari kakak?”
“Surat yang dikasih tadi siang ya?”
“Sebelumnya Akhwa minta maaf.”
Deg! Perasaan Rolan nggak karuan mendengar kata “maaf”. Tapi lebih baik ditolak daripada nggak ngutarain perasaannya sama sekali.
“Iya, nggak apa-apa,” jawab Rolan lemah. Tapi mentalnya sudah dipersiapkan untuk hal terburuk. Sudah siap kalau nanti dia ditolak.
“Ngg … surat yang tadi siang belum sempet dibaca. Suratnya aku masukin saku, terus ikut kecuci. Maaf ya Kak.”
Gubraaakk!! Rolan bingung mau ngomong apa. Apa harus nyatain lewat telepon? Detik ini, menit ini dan jam ini juga? tanyanya dalam hati.
“Akhwa, kamu pasti tahu kan hari ini tanggal berapa.”
“Iya, hari ini tanggal 28 Oktober. Tadi pagi kan upacara memperingati hari Sumpah Pemuda.”
“Aku ingin hari ini juga menjadi sumpah cintaku padamu. Sumpah, aku cinta kamu.”


-END-