SUMPAH
CINTA 28 OKTOBER
*Ayuni
Adesty
~Dimuat di majalah STORY edisi 38
~Dimuat di majalah STORY edisi 38
Kata Tante Titi Puspa, jatuh cinta
itu berjuta rasanya. Kayak dapet duit jutaan rupiah kali ya? Seperti yang
sedang dialami sama Rolan. Rolan kasak-kusuk gak karuan. Dia naksir berat sama
Akhwa, tapi gak tau gimana cara deketinnya. Masalahnya Akhwa itu cuek banget
orangnya. Tomboy pula. Tapi yang bikin Rolan klepek-klepek adalah senyum Akhwa
yang sweet banget. Ada lesung pipi di pipi sebelah
kananya. Akhwa adalah adik kelas Rolan. Sejak pertemuan pertama saat MOS, Rolan
sudah jatuh hati pada senyum manis itu.
Sore itu Rolan curhat ke Irwan
tentang perasaannya ke Akhwa. Dan seperti seorang motivator profesional. Irwan
meyakinkan sahabatnya itu untuk mengutarakan perasaannya dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
“Yaelah, hari gini masih pake surat
cinta? Tembak langsung!” ujar Irwan.
“Mana berani, kalo ditolak?” sahut
Rolan.
“Itulah perjuangan! Kayak dulu para
pemuda Indonesia memperjuangkan suaranya lewat sumpah pemuda,” Irwan menyahut
asal. “Lo tau gak, dulu para pemuda Indonesia mengerahkan seluruh daya dan
kekuatannya demi mempersatukan Indonesia, nah lo juga kudu memperjuangkan cinta
lo!”
“Widiiih!! Bahasa lo udah kayak
orator aja. Jadi gue harus bikin sumpah cinta? Gimana kalu sumpah cinta gue
tanggalnya barengan aja sama sama hari sumpah pemuda? Jadi gue gampang
ngingetnya. Tanggal 28 Oktober!” jawab Rolan menanggapi.
“Jangan kalah sama para pemuda negeri kita tempo
dulu. Hidup dan mati mereka, semuanya diperuntukkan bagi Indonesia. Soal tanggal sih terserah
lo. Tapi lebih cepat lebih baik.”
Teeet!
Teeet! Bel sekolah berbunyi. Jam istirahat telah tiba. Para murid berhamburan
dari dalam kelas menuju kantin sekolah. Sejak tadi Rolan sudah stand by di luar kelas Akhwa. Misinya
untuk memproklamirkan perasaannya kepada Akhwa akan dilaksanakan hari ini. Tapi
Rolan belum punya keberanian sebesar para pejuang kemerdekaan. Berkat dorongan Irwan, akhirnya
Rolan nekat, dia mengirimkan surat cinta buat Akhwa. Di
ambang pintu kelas, Rolan melihat sosok manis Akhwa. Ia berjalan mendekat ke
arah gadis pemilik lesung pipi itu. Rolan mengulurkan tangan kanannya sambil memegang
sebuah amplop. Amplopnya putih polos, tak ada nama pengirim atau alamat tujuan.
Juga tak ada perangko di sudut kanan atasnya.
Jangan ditanya bagaimana perasaan Rolan waktu
itu. Kalau digambarkan dengan kata-kata rasannya sedang begerilnya. Atau rasanya
sedang berada menyamar di sarang musuh. Takut-takut ada yang mengetahui
penyamarannya dan dieksekusi. Ya, kira-kira gitu deh!
“Apaan
ini, Kak?” tanya Akhwa.
“Ntar
baca sendiri aja,” jawab Rolan singakat lalu membalikkan badan dan berlalu.
“Cie
… cie … yang dapat surat cinta! Apa isinya?” Refa, teman sebangku Akhwa menggodanya.
“Apaan sih, jangan terlalu cepat
mengambil kesimpulan! Siapa tahu ini cuma surat ijin. Terus Kak Rolan nitip ke
gue.”
“Masak sih? Kak Rolan kan naksir lo.
Itu pasti surat cinta!”
“Udah,
ah. Mending langsung ke kantin aja. Gue udah laper nih!”
Akhwa
menyelipkan amplop itu ke saku roknya. Dan dengan semangat 45 ia dan Refa menyusul
teman-teman yang lain ke kantin sekolah. Pelajaran Matematika dari Pak Ahmad
selain menguras otak mereka, juga memberikan efek laper.
***
Rolan
resah dan gelisah, pasalnya malam harinya setelah Rolan memberikan surat
cintanya, belum ada tanggapan dari Akhwa.
“Masak
Akhwa belum baca surat gue sih? Apa gue telepon aja ya? ” Rolan sibuk ngomong
sendiri. Tangannya memegang hape, sudah bolak-balik dia membuka kontak Akhwa.
Tapi niatnya untuk menelpon diurungkannya kembali.Rolan kemudia menarik nafas
panjang. Di bulatkan tekadnya untuk menelpon. Kalau nggak dia mungkin nggak
bisa tidur.
“Hmm,
hallo. Akhwa ya?”
“Iya,
ini Kak Rolan ya?”
“Iya,
eh udah baca surat dari kakak?”
“Surat
yang dikasih tadi siang ya?”
“Sebelumnya
Akhwa minta maaf.”
Deg!
Perasaan Rolan nggak karuan mendengar kata “maaf”. Tapi lebih baik ditolak
daripada nggak ngutarain perasaannya sama sekali.
“Iya,
nggak apa-apa,” jawab Rolan lemah. Tapi mentalnya sudah dipersiapkan untuk hal
terburuk. Sudah siap kalau nanti dia ditolak.
“Ngg
… surat yang tadi siang belum sempet dibaca. Suratnya aku masukin saku, terus
ikut kecuci. Maaf ya Kak.”
Gubraaakk!!
Rolan bingung mau ngomong apa. Apa harus
nyatain lewat telepon? Detik ini, menit ini dan jam ini juga? tanyanya
dalam hati.
“Akhwa,
kamu pasti tahu kan hari ini tanggal berapa.”
“Iya,
hari ini tanggal 28 Oktober. Tadi pagi kan upacara memperingati hari Sumpah
Pemuda.”
“Aku
ingin hari ini juga menjadi sumpah cintaku padamu. Sumpah, aku cinta kamu.”
-END-