*Ayuni Adesty
Hari ini adalah
hari kelulusan. Aku ingin menggunakan moment ini untuk memeberi hadiah untuk
Putri. Sebuah lukisan wajah sederhana yang kubuat sendiri. Apalagi setelah ini
aku tidak bisa lagi maen basket bersama, atau bersepeda keliling komplek. Tak
bisa lagi menjailinya, melihat senyum dengan lesung pipi di sebelah pipi kanan
Putri. Aku merasa sangat kehilangan. Aku coba mencari-cari sosoknya. Tapi
nihil. Aku pergi ke rumahnya, tapi sudah terlambat. Rumahnya sudah kosong.
“Putra!” panggil
Tante Wina tetangga sebelah Putri.
“Keluarga Putri
hari ini sudah pindah, Tan?” tanyaku memastikan.
“Iya. Tadi pagi.
Keberangkatannya dimajukan. Tadi Putri titip surat buat kamu.”
Kuterima surat
itu, sebuah surat perpisahan. Kubuka dan kubaca tulisan tangan Putri yang rapi.
To: Putra Adrian
Maaf nggak bisa
pamitan langsung. Ada perubahan mendadak. Lagi pula kalau aku pamitan langsung
mungkin aku akan nangis. Aku sebenernya berat ninggalin kamu. Kebersamaan dan
persahabatan kita sejak kecil adalah kenangan yang akan kubawa.
Tapi sebenernya
aku ingin lebih dari sekedar sahabat untukmu. Ah! Aku konyol ya? tentu saja kau
akan lebih memilih Siska untuk kau jadikan kekasihmu. Dia adalah tipe cewek
yang anggun dan feminin. Aku nggak tahu kapan aku mulai memiliki rasa cinta
untukmu. Rasa sayang dan perhatianku telah berubah. Aku juga cemburu kalau kamu
jalan bareng sama Siska.
Aku sudah jatuh
cinta sama kamu.
Sekali lagi
terima kasih. Terima kasih sudah mau melukis warna pelangi di bawah rintik
hujan bersamaku.
Putri Amelia
Aku tersenyum
membaca surat dari Putri.
“Dasar bodoh!
Apa kamu nggak tahu kalau aku ingin menjadi pangeran di hatimu?” aku bicara
sendiri.
Kupandangi
lukisan yang sudah terbungkus rapi. Ada kartu ucapan bentuk hati.
To: Putri Amelia
~with love ~
~with love ~
***
eaaaaa
BalasHapusseandainya kamu tahu isi hatiku >.<